Selasa, 24 Januari 2012

AKSI HAMBAT RADIKALISME DENGAN PENERAPAN PANCASILA


Tidak mengerti karena tidak memahami  terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam  dasar Negara yaitu  Pancasila akibatnya  semakin marak pula muncul  gerakan-gerakan yang  aksi radikalisme yang kini semakin meresahkan rakyat  Indonesia. Lalu muncul pertanyaan yang menggelitik dimana nilai-nilai Pancasila selama ini disimpan? Beleh jadi selama reformasi berjalan Pancasila tidak lagi menjadi menu wajib pelajaran disekolah-sekolah mulai dari TK hingga jenjang perguruan tinggi.
Sila-sila Pancasila tidak lagi menjadi keharusan untuk dipahami apalagi untuk diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu sila Pancasila yang selalu menjadi salah tafsir  pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa.   Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa tidak hanya menyatakan Indonesia sebagai bangsa religius, tapi sekaligus mengakui dan menghormati kebebasan tiap warga untuk memeluk dan menjalankan ibadah agama atau keyakinan masing-masing. Bukan dengan cara memaksakan penganut agama lain untuk memeluk agama yang diyakini.
Seperti yang kita pahami bahwa Negara Indonesia adalah negara yang berlandaskan Pancasila dan bukan negara Islam. Hal Ini sudah menjadi fundamental bangsa sebagai peletak dasar sebagai  cita-cita para pendiri bangsa. Munculnya berbagai paham  radikalisme yang terjadi di Indonesia   yang secara berlebihan dan lebih cenderung melihat bahwa Pancasila bukanlah landasan yang cocok bagi negara ini.
 Apalagi, pemahaman terhadap sila pertama dari Pancasila tentang Ketuhanan Yang Maha Esa di kalangan masyarakat masih sangat kurang dan sering dibiaskan penerapannya.  Pondok pesantren misalnya yang  merupakan basis lembaga pendidikan yang mendidik para generasi muda sebagai   penopang bangsa akhir-akhir ini tercoreng karena adanya   tuduhan bahwa pondok pesantren menjadi salah satu lembaga pendidikan yang mencetak kelompok-kelompok radikalisme.
Tuduhan tersebut jika dicermati mungkin tidak sepenuhnya benar dan juga tidak salah. Mungkin ada, tetapi tidak semuanya. Namun, yang paling pas untuk menerapkan setiap kegiatan pondok pesantren harus tetap mendapat pengawasan dari warga setempat, maupun dari para orang tua siswa pondok pesantren. Bisa jadi sebagi solusi untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai Pancasila dengan memakai jasa para militer. Karena hanya militer yang masih eksis dalam menerapkan wawasan kebangsaan yang didalamnya terkandung nilai-nilai Pancasila secara utuh. Pelibatan TNI dalam mengajar diberbagai pesantren atau sekolah hendaknya memiliki batasan-batasan yang jelas sehingga tidak menimbulkan ekses negatif dikemudian hari.
 Oleh karenanya kita berharap untuk menangkal gerakan radikalisme yang makin merajalela, khususnya di kalangan pelajar dan  mahasiswa agar penerapan dan  pemahaman nilai-nilai Pancasila harus dibangkitkan kembali disemua strata pendidikan. Semua  bentuk kegiatan yang bersifat  pendidikan harus diisi dengan nilai-nilai Pancasila. Bisa saja dimuali dari kegiatan   diskusi atau seminar  dan lebih penting lagi dapat   dikembangkan menjadi kegiatan berupa bakti sosial, olahraga, atau pun acara  yang dapat menghibur seperti musik yang dapat disisipkan nilai-nilai Pancasila kedalamnya. Sehingga dengan  penerapan nilai-nilai Pancasila secara terus menerus memungkinkan aksi radikalisme dapat dihambat disegala sektor kehidupan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar