Rabu, 29 Februari 2012

KOMUNIS GAYA BARU PATUT DIWASPADAI




            Memori bulan September merupakan bulan yang penuh makna  bagi   bangsa dan negara Indonesia. Dimana pada bulan tersebut  tepatnya setiap tanggal 30 September diperingati sebagai peristiwa G.30 S/PKI  yang merupakan peristiwa  memilukan. Betapa tidak pada moment  tersebut banyak rakyat yang tidak berdosa menjadi tumbal kebiadaban komunis.  Lalu muncul pertanyaan sederhana yang menggelitik kita apakah komunis di Indonesia masih  ada?

            Secara formal legal komunis memang sudah tidak ada dan bubar. Namun secara fakta ideologi komunis tidak akan pernah mati. Mereka bisa menjelma dalam bentuk baru. Mudahnya menggelar demonstrasi di era reformasi in membuat komunisme mudah pula untuk meyusup kemana-mana. Slogan-slogan demonstrasi pun berbau komunisme seperti: buruh bersatu tak bisa dilawan, rakyat bersatu tak bisa dikalahkan, dan yang semacamnya. Bahkan jangan heran kalau komunisme pun ditengarai sudah menyusup dengn bentuk baru. Beberapa pihak mulai menyebut fenomena ini sebagai   Komunis Gaya Baru=KGB.
Akhir-akhir ini telah muncul secara sistematis melakukan kegiatan dengan berbagai cara untuk merongrong   ideologi Pancasila. Elemen komunisme  ini ditengarai mencoba masuk ke berbagai ranah kehidupan masyarakat. Termasuk dengan melakukan upaya pembelokan sejarah tentang G.30 S/PKI. Saat ini pihak pendukung komunis  sudah melakukan manipulasi data dan fakta yang dituangkan dalam bentuk penerbitan  buku  untuk mengklarifikasi persoalan pemberontakan PKI.  Seolah-olah komunisme cuci tangan dari perbuatan kotor dari tindakan   pemberontakan, ataupun seolah komunisme adalah ideologi yang suci nan bersih.

  Para tokoh dan simpatisan PKI rame-rame menerbitkan buku sesuai kisah masing-masing. Misalnya (Hersri Setiawan, mantan aktivis Lekra (lembaga seni budayanya PKI) menulis Memoar Pulau Buru; Hasan Raid menulis Pergulatan Muslim-Komunis; Kresno Saroso menulis Dari Salemba ke Pulau Buru; Haji Ahmadi Moestahal menulis Dari Gontor ke Pulau Buru, dan Abdul Latief menulis Pledoi Latief; Soeharto Terlibat G30S.  Yang menghebohkan lagi adalah ketika beberapa tahun yang lalu salah seorang anggota DPR RI terhormat  pada awal Oktober 2002 telah  meluncurkan bukunya dengan judul “Aku Bangga Jadi Anak PKI”.  Belum berhenti disitu, lalu disusul  pada pertengahan 2006 lalu, dia meluncurkan buku kedua dengan judul Anak PKI Menjadi Anggota Parlemen.

      Dengan demikian bila  Organisasi Tanpa Bentuk itu makin gencar dan membahayakan kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) jika tidak diantisipasi dengan cermat dan cepat.  Maka  lambat laun   komunis akan kembali menjadi ancaman kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab komunis tidak pernah cocok hidup di Indonesia  karena komunis adalah anti Tuhan.  Harus diakui bahwa   tidak mudah mendeteksi keberadaan Organisasi Tanpa Bentuk yang lambat laun bermetaformosis (berubah bentuk)  menjadi komunis gaya baru karena mereka berbaur di tengah masyarakat.

Oleh karena itu, kita berharap agar kita  mau peduli terhadap lingkungan sekitarnya dimanapun berada dan bertugas. Apabila ada kelompok atau golongan tertentu yang secara sistematis ingin mengkaburkan peristiwa tersebut, sudah  menjadi kewajiban kita  peduli  untuk mengembalikan kepada peristiwa yang sebenarnya terjadi secara faktual. Memang sangat sulit untuk mendeteksi gerakan mereka secara kasat mata, karena bukan tidak mungkin mereka berada disekeliling kita. Bahkan mereka telah membaur dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan sekitar kita atau bahkan sudah membaur ditengah   keluarga kita sekalipun. 

2 komentar:

  1. lalu bagaimana dengan fakta bahwa ADA pembantaian 1965/1966 yang dilakukan oleh RPKAD dkk, lagipula apakah setiap gerakan yang mendukung kesejahteraan buruh adalah gerakan komunis? menurut saya bisa saja itu murni idealisme, tuntutan, maupun anarkisme. apakah setiap gerakan yang menuntut hilangnya penindasan manusia atas manusia adalah gerakan komunis? lagipula fakta sejarah membuktikan bahwa korban pembantaian 1965/1966 jauh lebih banyak, lebih kejam secara cara pembunuhan dan banyak yang tidak bersalah malah menjadi korban.

    BalasHapus
  2. Dari mana ceritanya kalau komunisne anti tuhan, Mohon dikaji lagi bung....

    BalasHapus