Rabu, 29 Februari 2012

PILKADA ACEH JANGAN MEMPERTAJAM PERBEDAAN



Persatuan, perubahan dan kemenangan akan terasa bila toleransi dalam masyarakat Aceh terbangun, diharapkan para kandidat dan pendukungnya dapat mewujudkan rasa persaudaraan yang tinggi, dan menyamakan pendapat untuk memelihara agar perdamaian di Aceh tidak  ternodai.  Jangan sampai hanya  perselisihan antar elite politik di Aceh terkait dengan pilkada sehingga dapat mengorbankan harapan masyarakat Aceh secara keseluruhan.

Siapaun juga tahu bawa konflik bersenjata puluhan tahun yang menewaskan ribuan jiwa di Aceh itu berakhir setelah pemerintah dan pihak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sepakat menandatangani nota kesepahaman (MoU) damai di Helsinki, Finlandia, pada 15 Agustus 2005 lalu.

Kekhawatiran terusiknya perdamaian Aceh itu mengusik masyarakat Aceh menyusul memanasnya suhu politik menjelang pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gubernur/Wakil Gubernur serta 17 pasangan Bupati/Wakil Bupati dan Wali Kota/Wakil Wali Kota di provinsi tersebut. Sebab suf di antara elemen masyarakat dan partai politik di Aceh masih ada perbedaan pandangan terkait Pilkada Aceh, sehingga menimbulkan kekhawatiran yang dapat mengusik perdamaian di provinsi itu.

Karenanya, sebagai provinsi yang mayoritas penduduknya Muslim itu maka masyarakat mengharapkan pilkada  bukan dijadikan untuk mempertajam perbedaan tapi dijadikan sebagai momentum memperkuat perdamaian Aceh. Momentum pilkada ini harus dijadikan sebagai tahun persatuan, kemenangan, dan perubahan untuk rakyat dalam membangun Aceh secara bermartabat.  

Kita berharap agar persatuan dan kesatuan ditempatkan pada tempat terhormat sehingga demokrasi menjadi rujukan dalam segala aktivitas.  Kemenangan akan terasa bila toleransi dalam masyarakat Aceh terbangun, diharapkan para kandidat dan pendukungnya dapat mewujudkan rasa persaudaraan, dan menyamakan pendapat untuk memelihara agar perdamaian di Aceh tetap terpelihara sepanjang waktu.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar