Minggu, 15 Juli 2012

SEPARATISME PAPUA HARUS DIBERANGUS



Add caption

 Negara mana pun di dunia ini pasti  tidak akan memberi toleransi terhadap gerakan separatis, apalagi namanya negara Indonesia. Tindakan tegas perlu diambil apabila persoalan di Papua menyangkut masalah separatisme yang mengancam kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal itu harus menjadi prinsip utama dalam mengatasi berbagai insiden kekerasan yang muncul di Papua.
Aksi menakutkan berupa teror dan kekerasan lainnya yang memakan korban jiwa terus berulang di Papua, antara lain berupa teror penembakan, penculikan, dan pembunuhan. Penembakan yang dilakukan orang tidak dikenal tersebut sampai kini belum terungkap.Namun pelaku dibalik utama semua itu tidak terlepas dari campur tangan separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang selama ini eksis melakukan tidakan kekerasan kepada masyarakat yang tak berdosa.
Kalimat tegas itulah yang sering ditunggu-tunggu oleh rakyat dan seluruh bangsa Indonesia dari pihak pemerintah. Memang, belakangan banyak kejadian penembakan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata terhadap warga sipil di tanah Papua. Bahkan, aparat pun tidak luput menjadi sasaran kekerasan oleh tindakan separatis OPM.  Untuk memberangus separatis OPM tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Karena pada sisi lain TNI dan Polri sering dihadapi dilema yang saat bertugas. Mereka sering dihadapkan pada dua pilihan sulit, yaitu menjalankan tugas dan dituding melakukan pelanggaran HAM. Khusus untuk aksi separatis, diharapkan aparat bertindak tegas. Meski demikian, tetap untuk berhati-hati supaya tidak melanggar HAM.
Segala bentuk separatisme di Indonesia harus dihentikan dan diberangus, karena bisa mengancam keutuhan bangsa, serta kedaulatan NKRI. Yang namanya mau merdeka keluar dari NKRI itu bukan `freedom of speech`, itu separatis, harus dihentikan.
Tantangan dan ancaman terhadap negara saat ini tidak ringan, sangat kompleks sehingga perlu diantisipasi oleh TNI dan Polri. Tantangan pertahanan dan keamanan bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain mulai munculnya aktor-aktor bukan negara yang berpotensi sebagai ancaman.

Selasa, 10 Juli 2012

BUDAYA BANGSA PENYANGGA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA




Dinamika kehidupan kebangsaan sebagai suatu proses “menjadi”, selalu mengalami dinamika pasang surut sejalan dengan dinamika kehidupan sosial, politik,ekonomi dan kebudayaan seiring dinamika perubahan yang mondial. Perubahan ini dapat dilihat dari cara pandang yang lazim dipergunakan dalam melihat bangsa dan Negara yang selalu mengalami dinamika dari kurun waktu tertentu ke kurun waktu yang lain.
Awalnya ketika para pendiri bangsa ini bersepakat untuk hidup dalam satu kesatuan bangsa, telah bersepakat untuk bersatu menjadi Indoneisa sebagai satu kesatuan Negara ,bangsa dengan dasar Pancasila dan konstitusi UUD 1945. Dalam perjalannannya, kesatuan dan persatuan bangsa mengalami tantangan dengan terjadinya berbagai gejolak utamanya didaerah-daerah. Terjadinya gerakan saparatis, terorisme merupakan contoh kasus adanya tantangan bagi persatuan dan kesatuan NKRI.
Ada persoalan mendasar sesungguhnya yang terjadi atas berbagai ketidak pusan tersebut yakni menyangkut cara pandang dan pendekatan yang digunakan dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Pada masa pembangunan nasionalisme pendekatan heroic bahwa kita adalah satu bangsa, satu nusa satu tanah air Indonesia menjadi titik sentral untuk membangun kesadaran kebangsaan.
Disaat yang lain pembangunan kebangsaan dilakukan melalui pendekatan sentralistik-otoriterian melalui pendekatan monolitik. Penndekatan ini ternyata mengalami kegagalan, maka perlu ada perubahan orientasi dalam melihat bangsa melalui pendekatan yang lebih komprehensif sesui dengan jatidiri bangsa.
Upaya ini dapat dilakukan melalui perubahan orientasi dan cara pandang sebagai wawasan baru dalam melihat nusantara. Pada masa sebelum reformasi, cara pandang ke-Indonesia-an dilakukan melalui pendekatan sentralistik dengan mengedepankan nilai “bahwa kita adalah sama”, cara pandang ini dilakukan dengan cara represif sehingga setiap orang yang berusaha menunjukkan “perbedaan” dianggap bertentangan dan bahkan sebagai musuh yang mensti “ditertibkan” atau “dibina”.
Pendekatan dengan cara menyamakan dan menyeragamkan perbedaan inilah kemudian memunculkan  berbagai aturan  yang menempatkan budaya dominan dalam   kebudayaan minoritas. Ujungnya terjadi “perlawanan” dari masyarakat utamanya didaerah-daerah yang sesungguhnya memiliki kekhasan dan perbedaan sebagai pesona yang mesti dihargai dan dihormati. Pendekatan sentralistik-otoriterian dengan pola penyeragaman ini, menafikan realitas sosial bangsa Indonesia yang sesungguhnya terbangun dari perbedaan dan keanekaragaman budaya.
Gerakan reformasi yang dilakukan secara  secara menyeluruh menjadi momentum bagi bangasa Indonesia untuk melakukan perubahan bagi segenap aspek kehidupan  termasuk cara pandang dalam melihat bangsa Indonesia sesuai dengan jati diri ke- Indonesiaa -an. Jadi diri ini sudah sangat jelas terpampang dalam lambang Negara Pancasila yakni Bhineka Tunggal Ika. Reformasi cara pandang  dalam melihat bangsa dan Negara Indonesia harus dimulai dari titik pandang Bhineka Tunggal Ika, sebagai realitas sosial dan budaya yang membingkai kehidupan kebangsaan Indonesia. Dalam khasanah pos modernisasi akan mengahsilakan  cara pandang ini dapat disetarakan dengan pendekatan berbagai budaya.

Rabu, 04 Juli 2012

DI PERBATASAN RI-PNG OPM BERSARANG




Tindakan Organisasi Papua Merdeka beberapa bulan terakhir ini utamanya memasuki tahun 2012 sejumlah rentetan kemanusian telah terjadi di Papua. tindakan OPM tersebut menjadi sorotan berbagai pihak  soal ulah Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang tidak kunjung berhenti. Tindakan tersebut membuat  para aparat   gerah. Akibat tindakan tersebut memaksa  Kapolda Papua Irjen Pol Bigman Lumban Tobing memberikan statemen yang mengatakan bahwa   pihaknya bersama TNI akan segera meringkus kelompok bersenjata OPM yang dipimpin Lambertus Pekikir
              TNI sudah sepakat  dengan Polisi akan bersinergi  untuk menumpas para pelaku kriminal yang masih bercokol di Papua.  Tindakan  yang dilakukan oleh kelompok bersenjata tersebut telah meresahkan warga Keerom dan Papua pada umumnya sehingga tidak ada alasan bagi Polri bersama TNI untuk menunda pelaku kejahatan yang kerap merepotkan aparat dan warga masyarakat Papua lainnya.
            Menurut informasi yang kami ketahui bahwa Badan Intelijen Negara (BIN) menyebutkan, pelaku penembakan iring-iringan mobil TNI yang ditumpangi Komandan Batalyon 431 Kostrad Letkol Inf. Indarto di Papua  beberapa waktu yang lalu sudah diidentifikasi, terlebih lagi setelah mereka lari ke daerah perbatasan. Kepala BIN Marciano Norman sebagaimana yang banyak dilansir oleh berbagai media menuturkan, kelompok penyerangan memang selama ini berada di perbatasan Indonesia-Papua Nugini. Pelaku penyerangan diduga lari menuju perbatasan sehingga tidak berhasil ditangkap.
            Namun, menurut Marciano, aparat keamanan makin mudah untuk mengetahui siapa dan kelompok mana, sehingga bersiap mengambil langkah-langkah antisipatif."Mereka lari ke daerah perbatasan. Kita perkirakan mereka itu kelompok-kelompok yang memang ada di perbatasan. Tapi, dengan pengelompokan itu, sudah makin terarah sehingga operasinya lebih mudah.
             Perlu dipahami bersama bahwa  pelaku penembakan ada yang lari ke daerah perbatasan.  Untuk memburu sekaligus meringkus anggota OPM itu sendiri tidak mudah.  TNI adan aparat kepolisian harus segera  bahu   membahu untuk terus mengejar para pelaku kejahatan kemanusian. Sebab apabila ini diabiarkan bukan tidak mungkin satu persatu akan korban berjatuhan secara terus menerus.  Seperti diketahui, penembakan atas iring-iringan mobil Danyon 431 Kostrad menewaskan seorang kepala kampung Sawia, Yohanes Yanufrom, Minggu (1/7). Yohanes, yang belakangan diduga sebagai John, tewas ditembak di bagian kepala dan dada.      
Dengan demikian sudah terang dan jelas bahwa  insiden penembakan itu diciptakan oleh OPM sebagai   upaya   untuk menarik perhatian luas dan memancing reaksi dari pemerintah dan luar negeri. Ini lagu lama OPM yang kerap selalu   membesarkan opini dan eksistensi kelompok itu pada klaimnya tentang hari ulang tahun 1 Juli.  Apakah dengan memperingati  ulang tahun harus membunuh sesama manusia yang tidak berdosa? Seharusnya sebuah peringatan haruslah dengan penuh keinsyafan dan kesyukuran kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tapi yang menjadi ironi sebauh ulang tahun yang diperingati oleh OPM tumbalnya adalah saudaranya sendiri. Sebuah persembahan yang sangat biadab dan hanya dapat dilakukan oleh  orang-orang yang tidak memiliki rasa kemanusian dan mengindahkan norma Tuhan selaku ciptaannya dimuka bumi.

Selasa, 03 Juli 2012

PELAKU KEKERASAN DI PAPUA PERLU DITINDAK TEGAS



Tindakan kekerasan yang terjadi di Papua bebrapa bulan terakhir ini ada  opini yang berkembang dalam masyarakat bahwa hal tersebut dibiarkan. Kesan itu menurut penulis tidak sependapat  dan sangat   menyangsikan kalau dikatakan terjadi proses pembiaran aksi-aksi kekerasan di Papua.  Namun kalau dikatakan  kasus kekerasan di Papua belakangan ini lebih dilatarbelakangi oleh motivasi politik Itu benar adanya.
Indikasinya jelas, kelompok separatis dan variannya begitu keras menolak program Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B), yang pada dasarnya memiliki tujuan positif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat Papua. Namun demikian, opini yang berkembang di masyarakat kemudian diputarbalikkan, sehingga masyarakat ikut-ikutan menolak UP4B. 
Kekerasan di Papua juga dimaksudkan untuk menutup perhatian aparat keamanan terhadap agenda politik dari kelompok separatis yang akan melakukan konsolidasi kekuatan massa maupun konsep perjuangan menuju lepasnya Papua dari NKRI. Selain itu ada indikasi kuat untuk melibatkan asing dalam masalah Papua, sehingga diharapkan gerakan separatis Papua mendapatkan seluruh pemangku keamanan di Papua. 
Perlu ada solusi dan langkah yang komprehensif yang harus dimulai dari jajaran Pemerintahan sipil Pusat, Provinsi, kabupaten, MRP, DPRP dan DPRD, agar mengambil inisiatif untuk melakukan komunikasi dengan pihak keamanan guna memastikan masih adanya jaminan keamanan bagi siapa saja di Papua. 
Pihak keamanan khususnya pihak kepolisian harus lebih didorong lagi agar dapat mengungkapkan berbagai aksi kekerasan yang terjadi, dan memprosesnya secara hukum. Sehingga dapat mencegah kembalinya aksi kekerasan lainnya baik sebagai peristiwa tersendiri maupun peristiwa yang berlanjut dari peristiwa sebelumnya. 
Langkah komprehensif Pemerintah dalam menciptakan kedamaian di Papua haruslah dilakukan melalui cara-cara yang damai dengan mengedepankan dialog antara pihak Pemerintah dengan melibatkan seluruh rakyat dan pemangku adat Papua. Pola pendekatan budaya dan pendidikan harus dikedepankan, agar masyarakat Papua bisa ikut merasakan dilibatkan dalam proses perdamaian. Bukan hanya pendekatan ekonomi yang hanya dinikmati oleh kalangan elit di Papua. 

Senin, 02 Juli 2012

TINDAK TEGAS PENGANCAM DISINTEGRASI BANGSA




Persatuan dan kesatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati yang harus dipelihara dan dipertahankan. Semua elemen dan komponen bangsa wajib hukumnya menjaga, memelihara dan menumbuh-kembangkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Semua pihak yang akan mengancam keutuhan NKRI harus ditindak tegas.
Pemerintah harus berani  menindak tegas pengancam disintegrasi bangsa mengingat   ancaman ke arah itu kini semakin vulgar.   Provokator-provokator pendukung gerakan separatis seperti di Papua sudah jelas adalah musuh nyata yang harus ditumpas.   Hal ini dipertegas dengan pernyataan koordinator Tentara Pertahanan Nasional Organisasi Papua Merdeka, Lambert Pekikir, yang pernah mengatakan dan  sempat dilansir oleh berbagai media dengan mengatakan bahwa memang benar, pihaknya akan melakukan penembakan dengan target kelompoknya adalah kendaraan militer yang melintasi Jalan.
 Pernyataan tersebut tentunya menggelitik kita bahwa kelompok anti NKRI telah ada dan nyata. Artinya musuh sangat terlihat jelas didepan mata yang perlu kita basmi bersama. Dengan demikian selaku bangsa yang berdaulat tentunya kita merasa  prihatin dengan kondisi bangsa saat ini yang mengancam integrasi bangsa. Pada sisi lain berbagai persoalan politik  yang terus melanda Indonesia seperti masalah kasus korupsi yang terus menggelinding bagai bola salju. Dengan berbagai problematika yang dihadapi oleh bangsa ini tentunya memerlukan solusi yang tepat dalam menangani sejumlah rentetan persoalan bangsa.  
Ancaman berupa pengibaran bendera OPM pada 1 Juli 2012 kemarin merupakan ancaman dan rongrongan dari dalam yang perlu diselesaikan secara tuntas,  sehingga perlu disikapi serius menyangkut kedaulatan bangsa Indonesia. Yang patut kita junjung tinggi adalah NKRI. Bagaimana pun NKRI adalah harga mati, dan Pancasila adalah ideologi negara yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Peranan kaum pemuda sangat besar karena mereka tidak bisa lepas dari republik ini. Namun sangat disayangkan subangsih pemuda untuk membangun negeri ini masih kurang. Hal ini dibuktikan masih banyak konflik yang dipicu aksi tawuran pemuda, tawuran mahasiswa, perkelaian kelompok pemuda, dan tawuran antar desa.  
Kita beraharap  agar  semua elemen dan komponen bangsa untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, dengan saling bertoleransi, saling menghormati dan saling membantu. Bangsa Indonesia menjadi besar dan maju jika seluruh rakyatnya bersatu dan membangun bangsa secara bersama-sama. Jayalah Indonesia, sejahteralah rakyatnya.

OPM OTAK PENEMBAKAN DI PAPUA




Beberapa bulan terakhir ini  aksi penembakan di Papua terhadap aparat TNI, Polri dan  warga sipil tidak diketahui siapa pelakunya. Ketika aparat  melemparkan tuduhan terhadap Organisasi Papua Merdeka (OPM) sebagai pelakunya, spontan banyak pihak spontan bantahan. Bukan hanya tokoh masyarakat di Papua, tetapi kelompok LSM di dalam negeri mecurigai pihak lain sebagai pelakunya.
Jika dianalisa secara cermat pelaku penembakan di Papua selama ini pelakunya sudah pasti adalah   orang terlatih. Hal itu bisa terlihat dari cara si pelaku yang mahir menembak dan tepat sasaran serta menggunakan senjata.  Kita saja selaku orang sipil saja bisa identifikasi bahwa inilah ciri-cirinya, sekarang tinggal dicari siapa orang di Papua yang punya kemampuan seperti itu.
Analisa tersebut diatas telah didukung sejumlah asumsi dan fakta   bahwa para pelaku penembakan miterius adalah orang yang terlatih. Akan tetapi kelompok terlatih di Papua bukan hanya TNI maupun Polri , karena Papua adalah daerah koflik bersenjata disana ada OPM. Kelompok ini sudah lama melakukan perlawanan dalam bentuk bersenjata dengan tujuan Papua merdeka pisah dari Republik Indonesia. Tentunya kelompok bersenjata ini terlatih dan tidak asal melakukan perlawanan.
Perlu diketahui bahwa  karakter orang Papua memiliki ciri khusus yang suka berperang antar suku mereka lihai menggunakan persenjataan tradisional. Ketika mereka melakukan perlawanan terhadap negara, sudah pasti mereka berlatih dan ada pihak yang melatih untuk bertempur dan menggunakan persenjataan modern. Hal ini dipertegas dengan pernyataan koordinator Tentara Pertahanan Nasional Organisasi Papua Merdeka, Lambert Pekikir, mengatakan memang benar, pihaknya melakukan penembakan dengan target kelompoknya adalah kendaraan militer yang melintasi Jalan.
Jadi sudah jelas siapa dibalik aksi terror penembakan selama ini di Papua . Tidak perlu disangasikan , jika ada kelompok masyarakat yang ini ingin memisahkan diri dari republik ini maupun dimanapun negara, pastinya mereka akan melakukan perlawanan diantaranya dengan senjata.
Oleh karenanya kita berharap agar Papua merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, sudah saatnya seluruh komponen bangsa harus ikut serta  tuntuk memberikan dukungan  dan memotivasi kepada  TNI maupun Polisi dalam  rangka menjaga keamanan di Papua dan menolak segala aktivitas perlawanan OPM untuk memisahkan Papua dari NKRI.


Minggu, 01 Juli 2012

BINTANG KEJORA BERKIBAR DI 6 TEMPAT




 Ancaman kelompok Organisasi Papua Merdeka pimpinan Lamber Pekikir akan mengibarkan bendera bintang kejora  (BK) symbol Papua Merdeka, tepat pada peringatan HUT Tentara. Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) yang jatuh pada 1 Juli kemarin, terbukti.
Sebab Hari Ulang Tahun OPM yang jatuh tepat pada 1 Juli, diwarnai pengibaran bendera bintang kejora di sejumlah tempat di wilayah Papua. Sedikitnya BK ini berkibar di 6 titik yang berbeda. Empat titik di Keerom dan 2 titik di Kota Jayapura.
Pengibaran itu sesuai dengan klaim Lambert Pekikir Koordinator Umum TPN/OPM yang bermarkas di Victoria perbatasan RI-PNG yang berencana melakukan pengibaran bendera selama 3 hari disertai bunyi mercon.
Dari data yang berhasil dihimpun, bendera berkibar di wilayah Keerom dan Kota Jayapura. Di Kali Kampwolker Perumnas 3 Distrika Heram Waena Jayapura, diamankan sebuah bendera bintang kejora yang dikibarkan pada sebuah tiang. Ukuran bendera 70x100 cm.Bendera Bintang kejora juga ditemukan berkibar di Lereng Bukit Belakang Sekolah Luar Biasa (SLB) di atas Perumahan Bhayangkara Permai Buper Kelurahan Waena Distrik Heram Waena Jayapura. Ukuran bendera 50 X 120 cm.
Pada hal sebelumnya Dewan Militer Tentara Pertahanan Nasional Organisasi Papua Merdeka, melalui juru bicaranya, menyatakan tidak akan mengibarkan bendera Bintang Kejora pada 1 Juli 2012. Mereka akan memperingatinya di markas masing-masing, dengan cara berdoa bersama. Jika ada yang mengibarkan, maka hal itu di luar dari kelompoknya. Namun Koordinator Umum Tentara Pembebasan Nasional OPM, Lambert Pekikir, tetap akan mengibarkan bendera di dalam kota meskipun ada larangan dari Dewan Militer.
Dengan adanya pro-kontra  tersebut maka dapat kita analisa bahwa sesungguhnya   OPM sudah terpecah-pecah. Pada level bawahan mereka  sudah berani menentang perintah atasannya. Melihat  kondisi tersebut seharusnya , rakyat Papua harus sadar bahwa selama ini mereka hanya dimanfaatkan oleh OPM untuk kepentingan individu/pribadi. Mereka sudah diadu domba untuk melawan/menentang Pemerintah, bahkan bertikai sesama orang asli Papua.
Namun demikian kita berharap   aparat TNI dan Polri agar   tetap siap siaga  dan fokus terhadap situasi keamanan di Papua.  Aparat harus berani  mengambil tindakan yang lebih tegas terhadap kelompok yang jelas-jelas menantang dan merendahkan wibawa pemerintah, terlebih lagi mereka telah mengibarkan bendera bintang kejora yang merupakan melakukan tindakan makar.  Selaku masyarakat dan bangsa mari  juga mendukung langkah pemerintah yang tetap mengedepankan pendekatan persuasif. Namun, dalam rangka penegakan hukum dan menjaga keutuhan NKRI, tindakan tegas terhadap kelompok separatis ini harus tetap dilakukan secara terus menerus.