Untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan di Papua, selain meneruskan program-program
pembangunan yang sudah/sedang berjalan, sebuah rekomendasi kebijakan yang
paling penting adalah memungkinkan terjadinya dialog antara pihak-pihak yang
berkonflik, baik di Papua maupun dengan Jakarta.
Rentang waktu
persoalan Papua yang sudah sangat lama, namun sepertinya tidak pernah
diselesaikan secara tuntas. Selain itu, hampir semua kebijakan dan program di
Papua juga terfokus pada penyelesaian persoalan keterbatasan fisik dan
infrastruktur.
Padahal,
pendekatan ekonomi dan infrastruktur pun tidak sepenuhnya mampu mengatasi
persoalan keterbatasan dan ketertinggalan daerah Papua, sekalipun menggunakan
indikator dan parameter yang terukur. Contoh yang paling nyata adalah masih
buruknya fasilitas pelayanan publik di Papua, terutama pendidikan dan
kesehatan. Karena masalah di Papua tidak bisa dianalisis secara terpisah,
solusinya pun bersifat simultan dan terpadu, serta tidak boleh lagi
mengakibatkan munculnya persoalan baru apalagi bersifat represif.
Hal lain,
pembukaan lahan di atas tanah adat penduduk asli Papua harus dilakukan dengan
komunikasi yang terbuka dan persuasif. Jangan sampai hanya berpihak pada kepentingan
investor, dimana pemerintah daerah di Papua cenderung membela kepentingan
investor, serta dengan sengaja melupakan prinsip kepemilikan hak ulayat orang
asli Papua.
Terkait itu
semua, terasa perlu dan pentingnya diadakan DIALOG. Meski memang dialog bukan
solusi, namun dialog bisa menjadi media atau forum yang disediakan untuk
memulai kebuntuan komunikasi politik
antara Jakarta dan Papua. Komunikasi yang lebih intens dan reguler menjadi
penting dalam rangka mengatasi ketegangan, saling curiga, dan saling tidak
percaya antara Jakarta dan Papua selama ini. Dialog damai bukan sesuatu yang
instan, melainkan proses panjang yang harus dipersiapkan secara matang.
Walaupun
terkesan rumit, dialog sangat mungkin dilakukan dengan terlebih dulu
menciptakan kondisi-kondisi yang membuat para pihak semakin yakin untuk
berdialog, dengan mengedepankan hal-hal seperti; berlandaskan pada asas-asas kesetaraan,
keterbukaan, dan saling menghargai. Kemudian harus mampu menyelesaikan berbagai
akar persoalan kekerasan di Papua, diantaranya mengenai penanganan terhadap
tahanan politik dan narapidana politik (tapol/napol), penataan aparat keamanan
dan intelijen yang berada di Papua, serta penyelesaian pelanggaran HAM melalui
pengadilan HAM yang adil.
Dialog
nasional tersebut harus dipersiapkan oleh semua pihak berkaitan dengan format
dialog, juga harus berdasarkan keputusan politik Pemerintah Indonesia. Tanpa
keputusan politik yang resmi, hampir pasti tidak akan mungkin ada dialog damai.
Dari seluruh
proses damai dan terutama untuk menuju dialog damai antara Jakarta dan Papua,
hal terpenting adalah semua pihak harus memiliki pemahaman yang sama mengenai
makna dan urgensi dialog.
Dialog bukan
merdeka, dialog juga bukan NKRI, otsus, atau percepatan pembangunan Papua.
Esensi dialog adalah sebuah media, alat, cara berkomunikasi bagi para pihak
untuk mulai membuka diri, memandang pihak lain secara setara dan bermartabat,
serta keinginan baik untuk mau duduk bersama membicarakan isu-isu yang selama
ini menjadi sumber perpecahan, ketegangan, konflik, dan asal-muasal kekerasan
di Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar