Beberapa waktu yang lalu hubungan Diplomasi Indonesia
’sedikit’ memanas dengan Kerajaan Inggris berkaitan dengan dibukanya
Kantor Perwakilan OPM di Oxford, Inggris. Pembukaan tersebut dalam
hal ini Indonesia lah yang merasa dirugikan secara kedaulatan. Pada sisi lain
Inggris dianggap bermuka dua setelah beberapa tahun Inggris tidak mendukung
OPM namun mengizinkan adanya pembukaan kantor OPM. Tapi secera resmi pemerintah
melalui pemberitaan media manyatakan bahwa pembukaan kantor perwakilan Organisasi
Papua Merdeka di Oxford bukan mewakili sikap resmi pemerintah Inggris.
Secara
kedaulatan, langkah yang diambil pemerintah RI sudah tepat dengan melakukan potes
secera resmi kepada pemrintah Inggris. Apakah hal itu akan menyelesaikan
masalah? Nampaknya masih banyak pihak di Indonesia yang merasa kurang puas,
terlebih apabila Benny Wenda masih meneruskan perjuangannya untuk mendapatkan
hak kemerdekaan bagi Papua sendiri. Papua adalah milik Indonesia, dan itulah kata
sepakat yang tak boleh ditawar lagi. Terlebih, Papua sendiri yang terkenal dengan
tambang emasnya bagi sebagian orang menjadi sebuah ‘asset’ yang sekiranya
sangat layak dipertahankan.
Kita perlu pemahaman yang lebih dalam, bahwa upaya
mempertahankan Papua bukan karena mereka mempunyai tambang emas disana.
Mereka bukanlah sapi perahan. Mereka adalah saudara sebangsa dan setanah
air. Itu point pertama yang harus
dimengerti dan dipahami dalam
menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi di bumi cendrawasih tersebut. Yang
kedua, apa yang sudah kita lakukan sebagai bangsa Indonesia untuk membuat
mereka merasakan disana sudah nyaman. Jika belum pemerintah harus segera membenahi dan menyempurnakannya karena rakyat Papua mereka adalah memang anak bangsa? Bukan hanya sapi perahan
saja.
Tentu, peristiwa pembukaan kantor OPM di Inggris tidak menafik bahwa ada dugaan sokongan
pihak asing yang ingin menggerogoti kedaulatan negara Indonesia sendiri. Harus diakui juga secara
fakta bahwa masih banyak
warga Papua yang mencintai Indonesia tanpa pamrih. Mereka tetap bangga akan
Merah Putih. Lalu bagaimana dengan kita? Apa yang sudah kita lakukan?
Terlepas
dari hubungan diplomatik negara, penulis merasa pembukaan kantor Organisasi
Papua Merdeka di Oxford mungkin Inggris sangat diragukan lagi komitmennye
terhadap Indonesia. Yang perlu kita
lakukan sekarang adalah harus lebih mawas diri dari segala bentuk
kemunafikan negara-negara sahabat lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar