Meningkatnya
eskalasi keamanan di Papua akhir akhir ini, akibat permasalahan front
bersenjata dari kelompok sipil bersenjata di beberapa daerah di Papua seperti
Puncak Jaya dan Timika terus berlanjut. Ditambah lagi pada , Senin, 20
Februari 2012 lalu ribuan warga Papua
yang tergabung dalam Komite Nasional Papua Barat menduduki gedung Majelis
Rakyat Papua di Kotaraja, Jayapura. Pengunjuk rasa menuntut referendum dan
meminta pencabutan Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat.
Dihadapkan dengan
kondisi tersebut keberadaan aparat TNI dan Polri sangat dibutuhkan demi untuk menjaga
kedaulatan dan keutuhan NKRI. Diyakini tindakan tersebut sebagai upaya
provokasi hitam talah dilakukan
oleh separatis OPM beserta
antek-anteknya untuk mencapai
tujuan yang hendak memisahkan diri NKRI.
Dengan demikian keberadaan
aparat TNI dan Polri di Papua sudah tepat karena OPM bersenjata merupakan
ancaman keutuhan NKRI. TNI selaku pertahanan Negara berkewajiban menumpas
para anasir-anasir kelompok bersenjata yang kerap
meresahkan masyarakat. Dengan munculnya ancaman tersebut maka tidak
masuk akal adanya pihak-pihak tertentu yang menghendaki agar TNI
keluar dari Papua. Tuntutan seperti ini jelas dapat ditebak arahnya bahwa kelompok
tersebut adalah kelompok anti NKRI yang hendak mendirikan Negara dalam Negara.
Kami selaku putra asli Papua berharap agar wacana agar
TNI keluar di Papua sangat tidak rasioanal, dimana hingga saat ini Papua masih sangat membutuhkan tenaga
aparat, termasuk aparat TNI. Sekarang ini masih banyak penembakan dari orang
tidak dikenal, seringnya demo minta referendum. Jika ini tidak dikawal dan dibiarkan oleh aparat
maka bukan tidak mungkin Papua akan lepas
dari NKRI.
Kalau
kita analisa permainan kelompok tertentu di Papua sudah sedemikian canggih dimana kelompok–kelompok yang bermain sungguh sangat
tersistimatis. Kelompok LSM yang kerap tampil sebagai pemadam kebakaran sengaja mencari keselahan
dan kelemahan TNI dengan berkedok sebagai pembelah HAM. Contoh paling aktual ketika ada
aparat tertembak oleh separatis sipil
bersenjata kita tidak pernah mendengar adanya kutukan
terhadap kelompok sipil bersenjata oleh penggiat HAM.
Maka
muncul pertanyaan mengelitik kita, kepada
siapa sebenarnya himbaun ditujuakan
agar segera menghentikan
kekerasan di Papua? Jawabannya secara pasti tergantung pada kelompok mana
yang dibela menurut kepentingannya. Namun
yang pasti jika separatis OPM mau membubarkan
diri secara sukarela maka secara
pasti garansinya adalah seribu
persen tindak kekerasan akan berakhir sendirinya
di Papua. Makanya selama masih ada OPM bercokol di Papua, TNI secara pasti
juga akan tetap eksis di Papua sebagai penangkal dan penindak setiap jengkal
tanah yang hendak mencabik-cabik NKRI tercinta.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar