Senin, 16 April 2012

KEUTUHAN NKRI TERANCAM SEPARATIS PAPUA


Di manapun di dunia ini, separatisme tidak mendapat tempat. Tetapi di Indonesia, bibit-bibitnya terbiarkan tumbuh hingga dapat membunuh rakyat hingga membanti aparat dan sekarang kita sudah cukup repot menanganinya. Repotnya lagi ketika aparat TNI dan Polisi hendak menindak secara tegas maka pihak lain seperti LSM akan tampil kedepan untuk menjadi sebagai bampernya.
Riak-riak separatis di Papua   sudah lama muncul. Tapi kenapa dibiarkan saja? Seolah-olah hanya aparat TNI yang memiliki kewajiban untuk menyelsaikan masalah separatis.  Ibaratnya sekumpulan orang dalam perahu di lautan bebas, ada beberapa di antaranya yang sengaja melakukan pembocoran. Itulah kondisi kita, yang kalau tidak diwaspadai, tinggal menunggu karam atau pecah terhantam karang karena orang di dalam perahu sibuk dalam pertengkaran.
Maka tepatlah, jika pada satu sisi ada pihak yang sengaja membocori perahu, harus ada di sisi lain yang menambal dan mencegah terjadinya pembocoran. Perahu jangan sampai pecah dan karam. Kini perahunya sedang dirusak oleh  separatis OPM dan sedang berupaya untuk eksis. Siapa yang tidak pernah mendengar istilah Tentara Pembebasan Nasional (TPN) atau Organisasi Papua Merdeka (OPM)?
Apakah ada di antara kita yang tidak mengetahui aksi separatis bersenjata yang telah beberapa kali membantai aparat yang bertugas diberbagai tempat di Papua.  jika dicermati gerakan bersenjata itu bukan satu-satunya ancaman yang dihadapi oleh aparat.  Separatis kini lihai berpolitik dalam menggalang dukungannya agar tujuannya dapat tercapai.
Aksi-aksinya sudah menjadi catatan lokal, nasional, bahkan internasional. Parahnya, beberapa pihak, baik person maupun atas nama lembaga swadaya masyarakat (LSM) dengan kepentingannya terang-terangan mengambil posisi berseberangan. Pada satu sisi, pihak ini membela setiap gerakan separatis, dengan tidak berkomentar atas korban militer dan rakyat atas tindakan brutal separatis, dan pada sisi lain, bersuara amat keras serta mengecam langkah apapun yang diambil aparat  TNI dan Polri dalam penanganan aksi separatis.
Suara yang bernada pedas pun muncul, terlebih jika timbul korban, baik luka maupun tewas. Era reformasi yang mengagungkan kebebasan berbicara, nyaris tidak mengharamkannya, meski akibat gerakan separatisme menganga di depan mata. Ketahanan wilayah Papua sudah sewajarnya menjadi kepentingan kita semua yang bernafas di daerah ini. Di Timor Timur, kala itu, militer tidak bisa bekerja sendirian. Artinya, aparat TNI dan polisi jangan dibiarkan bekerja sendirian.  Semua elemen  bangsa harus terpanggil  dinegeri ini, termasuk pers   untuk memberi kontribusi terbaik dalam menangani  keutuhan bangsa dan Negara tercinta ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar