Di manapun di
dunia ini, separatisme tidak mendapat tempat. Tetapi di Indonesia,
bibit-bibitnya terbiarkan tumbuh hingga dapat membunuh rakyat hingga membanti aparat
dan sekarang kita sudah cukup repot menanganinya. Repotnya lagi ketika aparat
TNI dan Polisi hendak menindak secara tegas maka pihak lain seperti LSM akan
tampil kedepan untuk menjadi sebagai bampernya.
Riak-riak separatis
di Papua sudah lama muncul. Tapi kenapa dibiarkan saja?
Seolah-olah hanya aparat TNI yang memiliki kewajiban untuk menyelsaikan masalah
separatis. Ibaratnya sekumpulan orang
dalam perahu di lautan bebas, ada beberapa di antaranya yang sengaja melakukan
pembocoran. Itulah kondisi kita, yang kalau tidak diwaspadai, tinggal menunggu
karam atau pecah terhantam karang karena orang di dalam perahu sibuk dalam
pertengkaran.
Maka tepatlah,
jika pada satu sisi ada pihak yang sengaja membocori perahu, harus ada di sisi
lain yang menambal dan mencegah terjadinya pembocoran. Perahu jangan sampai pecah
dan karam. Kini
perahunya sedang dirusak oleh separatis OPM
dan sedang berupaya untuk eksis. Siapa yang tidak pernah mendengar istilah
Tentara Pembebasan Nasional (TPN) atau Organisasi Papua Merdeka (OPM)?
Apakah ada di antara kita yang tidak mengetahui aksi separatis
bersenjata yang telah beberapa kali membantai aparat yang bertugas diberbagai
tempat di Papua. jika dicermati gerakan
bersenjata itu bukan satu-satunya ancaman yang dihadapi oleh aparat. Separatis kini lihai berpolitik dalam
menggalang dukungannya agar tujuannya dapat tercapai.
Aksi-aksinya sudah menjadi catatan lokal, nasional, bahkan
internasional. Parahnya, beberapa pihak, baik person maupun atas nama lembaga
swadaya masyarakat (LSM) dengan kepentingannya terang-terangan mengambil posisi
berseberangan. Pada satu sisi,
pihak ini membela setiap gerakan separatis, dengan tidak berkomentar atas
korban militer dan rakyat atas tindakan brutal separatis, dan pada sisi lain,
bersuara amat keras serta mengecam langkah apapun yang diambil aparat TNI dan Polri dalam penanganan aksi separatis.
Suara yang bernada pedas pun muncul, terlebih jika timbul korban,
baik luka maupun tewas. Era reformasi yang mengagungkan kebebasan berbicara,
nyaris tidak mengharamkannya, meski akibat gerakan separatisme menganga di
depan mata. Ketahanan
wilayah Papua sudah sewajarnya menjadi kepentingan kita semua yang bernafas di
daerah ini. Di Timor Timur, kala itu, militer tidak bisa bekerja sendirian.
Artinya, aparat TNI dan polisi jangan dibiarkan bekerja sendirian. Semua elemen bangsa harus terpanggil dinegeri ini, termasuk pers untuk
memberi kontribusi terbaik dalam menangani
keutuhan bangsa dan Negara tercinta ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar