Senin, 04 Juni 2012

SIMBOL DAN ADAT ORANG ASLI PAPUA SERING DIPERJUAL BELIKAN



 Komite Nasional Papua Barat (KNPB) adalah sebuah kelompok masyarakat Papua yang berkampanye untuk kemerdekaan Papua dan Papua Barat. Namun, dalam melakukan kampanyenya (aksi demo), KNPB sering menggunakan simbol-simbol dan nama adat. Dalam aksi demonya, mereka juga sering membawa senjata tradisional seperti panah, tombak maupun kapak yang merupakan simbol adat dari orang asli Papua. Patut diketahui juga bahwa setiap aksi demo yang dilakukan oleh kelompok KNPB ini selalu berakhir ricuh dan anarkis.
Aksi demo yang dilakukan massa dari KNPB di Sentani, Papua, Senin (4/6) lalu, berakhir rusuh. Polisi membubarkan aksi itu karena demo tersebut tidak mendapat izin dari pihak kepolisian setempat. Akibat kejadian tersebut, dua orang warga mengalami luka-luka terkena panah, dan seorang pendemo meninggal diduga karena terinjak-injak massa saat dibubarkan aparat.
Kejadian bermula ketika massa KNPB dengan menggunakan sejumlah truk hendak menuju arah Waena dihalau dan dibubarkan oleh aparat keamanan. Karena tidak diperbolehkan melintas akhirnya massa bubar dan terpencar kembali ke arah Sentani.  Ketika sampai di Kampung Harapan, beberapa orang massa KNPB melakukan pengrusakan sejumlah rumah warga dan toko yang ada di sepanjang jalan Hawai Sentani. Selain itu, salah seorang massa KNPB menghamburkan panah kemana-mana hingga mengenai warga.
Salah seorang Kepala Suku Besar Pegunungan Tengah-Jayawijaya, Alex Silo Doga, sangat prihatin dengan apa yang dilakukan oleh KNPB itu. Menurutnya, KNPB boleh-boleh saja melakukan demo, tapi jangan lagi membawa nama adat, karena adat bukan alat mainan dan sembarangan untuk digunakan. Kalau mau membawa nama adat, harus sesuai dengan yang telah diputuskan oleh adat dan tidak boleh digunakan untuk hal-hal yang dapat mengganggu serta merugikan orang lain.
Kita baru tahu, bahwa demo yang dilakukan oleh KNPB selama ini ternyata hanya menjual simbol dan adat orang asli Papua (mengatasnamakan orang Papua). Mereka juga telah membohongi anak-anak muda di Papua untuk ikut berdemo. Banyak orang tua yang berharap agar anak-anaknya bersekolah dengan baik, supaya menjadi manusia yang berguna bagi daerahnya kelak. Namun mereka kecewa ketika anak-anaknya ikut-ikutan berdemo dan mengorbankan pendidikannya demi berdemo. Akibatnya pendidikan mereka menjadi terbengkalai dan akhirnya tidak pernah selesai.
Sekali lagi kita meminta kepada KNPB agar tidak menjual simbol dan adat orang asli Papua serta tidak mempengaruhi/memprovokasi anak-anak muda di Papua untuk berdemo yang anarkis.  Sebagai pemerhati  Papua seharusnya kita patut senang dan bersyukur, karena Pemerintah sudah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada orang asli Papua dalam mekanisme Otsus. Di sisi lain kita juga mengharapkan kepada para aparat TNI dan Polri agar tegas dalam menindak pelaku kriminal. Karena apabila dibiarkan maka simbol-simbol adat yang selama ini disakralkan di Papua akan menjadi alat legitimasi untuk mencari keuntungan pribadi dan kelompok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar