Tidak mengerti karena tidak memahami terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam dasar Negara yaitu Pancasila akibatnya semakin marak pula muncul gerakan-gerakan yang aksi radikalisme yang kini semakin meresahkan
rakyat Indonesia. Lalu muncul pertanyaan
yang menggelitik dimana nilai-nilai Pancasila selama ini disimpan? Beleh jadi
selama reformasi berjalan Pancasila tidak lagi menjadi menu wajib pelajaran
disekolah-sekolah mulai dari TK hingga jenjang perguruan tinggi.
Sila-sila Pancasila tidak lagi
menjadi keharusan untuk dipahami apalagi untuk diamalkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Salah satu sila Pancasila yang selalu menjadi salah tafsir pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila
pertama Ketuhanan Yang Maha Esa tidak hanya menyatakan Indonesia sebagai bangsa
religius, tapi sekaligus mengakui dan menghormati kebebasan tiap warga untuk
memeluk dan menjalankan ibadah agama atau keyakinan masing-masing. Bukan dengan
cara memaksakan penganut agama lain untuk memeluk agama yang diyakini.
Seperti yang
kita pahami bahwa Negara Indonesia adalah negara yang berlandaskan Pancasila
dan bukan negara Islam. Hal Ini sudah menjadi fundamental bangsa sebagai
peletak dasar sebagai cita-cita para
pendiri bangsa. Munculnya berbagai paham
radikalisme yang terjadi di Indonesia yang secara berlebihan dan lebih cenderung
melihat bahwa Pancasila bukanlah landasan yang cocok bagi negara ini.
Apalagi, pemahaman terhadap sila pertama dari
Pancasila tentang Ketuhanan Yang Maha Esa di kalangan masyarakat masih sangat
kurang dan sering dibiaskan penerapannya. Pondok pesantren misalnya yang merupakan basis lembaga pendidikan yang
mendidik para generasi muda sebagai penopang bangsa akhir-akhir ini tercoreng
karena adanya tuduhan bahwa pondok pesantren menjadi salah
satu lembaga pendidikan yang mencetak kelompok-kelompok radikalisme.
Tuduhan tersebut
jika dicermati mungkin tidak sepenuhnya benar dan juga tidak salah. Mungkin
ada, tetapi tidak semuanya. Namun, yang paling pas untuk menerapkan setiap
kegiatan pondok pesantren harus tetap mendapat pengawasan dari warga setempat,
maupun dari para orang tua siswa pondok pesantren. Bisa jadi sebagi solusi
untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai Pancasila dengan memakai jasa para
militer. Karena hanya militer yang masih eksis dalam menerapkan wawasan
kebangsaan yang didalamnya terkandung nilai-nilai Pancasila secara utuh. Pelibatan
TNI dalam mengajar diberbagai pesantren atau sekolah hendaknya memiliki
batasan-batasan yang jelas sehingga tidak menimbulkan ekses negatif dikemudian
hari.
Oleh karenanya kita berharap untuk menangkal
gerakan radikalisme yang makin merajalela, khususnya di kalangan pelajar dan mahasiswa agar penerapan dan pemahaman nilai-nilai Pancasila harus dibangkitkan
kembali disemua strata pendidikan. Semua bentuk kegiatan yang bersifat pendidikan harus diisi dengan nilai-nilai
Pancasila. Bisa saja dimuali dari kegiatan diskusi
atau seminar dan lebih penting lagi
dapat dikembangkan menjadi kegiatan berupa bakti
sosial, olahraga, atau pun acara yang
dapat menghibur seperti musik yang dapat disisipkan nilai-nilai Pancasila
kedalamnya. Sehingga dengan penerapan
nilai-nilai Pancasila secara terus menerus memungkinkan aksi radikalisme dapat
dihambat disegala sektor kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar