Senin, 23 Januari 2012
SIMPANG Siur di Papua
Simpang Siur adalah sebuah titik perpotongan antara banyak jalan yang menghasilkan kebingungan dan keresahan bagi pengguna jalan. Bayangkan saja dengan banyaknya pengguna jalan yang menggunankan jalan tersebut mengakibatkan terjadi tabrakan yang tidak dapat dihindari lagi. Mereka akan ngotot untuk mempertahankan argumentasi masing-masing.
Bagi yang sudah pernah mengunjungi Bali pasti akan mengenal jalan Simpang Siur yang terletak di kota Denpasar. Rupanya jalan tersebut bukan hanya dimiliki oleh Bali tapi juga dimiliki oleh Provinsi Papua. Tapi jalan di Papua bukan jalan seperti di Denpasar tapi jalan untuk mencari sesuap nasi dan cari ketenaran. Akhir-akhir ini kita banyak mendengar sekali titik-titik perpotongan di antara banyak jalan menuju keamanan, kemakmuran dan kesejahteraan di Papua.
Namun anehnya, para pejabat birokrat, para tokoh adat, agama, serta para aktifis LSM di Papua tidak mau saling mengalah, bahkan saling mencari keuntungan masing-masing saat dengan menciptakan banyak jalan, hingga mengakibatkan terjadinya Simpang Siur tadi. Coba simak mulai kejadian kasus boleh-tidaknya mantan Gubernur Papua Barnabas Suebu mencalonkan diri kembali dalam Pilkada Papua 2011, muncul Konferensi Perdamaian Tanah Papua (KPTP) di Jayapura yang digagas oleh Pater Neles Tebay dan Jaringan Damai Papua (JDP).
Hingga kini belum jelas apa yang dihasilkan KPTP lalu muncul kasus pembantaian para penumpang Angkot di Nafri, Jayapura oleh Tentara Pembasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM).Belum tuntas kasus pembantaian di Nafri, muncul kasus bentrokan para pendukung Calon Bupati – Wakil Bupati (Cabub – Wabub) di Kecamatan Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua yang menimbulkan korban jiwa.
Lalu kemudian kita dikagetkan lagi adanya seminar International Lawyers for West Papua (ILWP) di Inggris yang digagas oleh Beny Wenda, ILWP dan International Parliamentary for West Papua (IPWP). Hingga kini belum jelas apa yang dihasilkan ILWP. Setelah itu muncul lagi kasus mogok kerja para karyawan PT. Freeport Indonesia di Timika, hingga bentrokan antara para karyawan perusahaan tersebut dengan aparat polisi, hingga menimbulkan korban jiwa.
Belum tuntas kasus mogok kerja karyawan PT. Freeport Indonesia, muncul lagi Kongres Rakyat Papua (KRP) III yang digagas oleh Selpius Bobii, Forkorus Yaboisembut dan West Papua National Authority (WPNA). Anehnya lagi para tokoh penggagas acara tersebut saling boikot memboikot antara satu sama lain, saling menyalip di persimpangan dan saling mendahului satu sama lain.
Kita tidak tahu entah apa yang ada di pikiran mereka. Mungkinkah lagu Kris Biantoro yang berjudul ‘Mungkinkah’ sedang terjadi di Papua ? Silahkan simak lirik lagu itu, “Sampai kapankah kau harus begini… mungkinkah kau ingin terus begini. Mengapa oh mengapa… Tak perlu bertanya….” Papua saat ini dipersimpangan jalan yang memerlukan perhatian khusus bagi pemerintah dan khususnya aparat TNI dan Polri dalam mengantisipasi terjadinya tabrakan kepentingan di jalan simpang siur.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar